Rabu, 19 November 2014

KULINER KHAS LASEM

       Di kabupaten Rembang, Jawa Tengah terdapat kota tua cantik yang konon menjadi tempat awal mula kedatangan warga Tionghoa ke Indonesia. Selain kaya akan budaya dan sejarah, kota ini juga kaya akan kulinernya dengan cita rasa yang unik dan tentunya tak kalah menggiurkan dibandingkan dengan kuliner di sejumlah kota lainnya.

1. Sate Srepeh

       Berbeda dengan jenis sate lainnya yang disajikan menggunakan bumbu kacang, bumu sate srepeh ini terbuat dari santan dan gula merah. Bumbu sate ini memiliki perpaduan rasa gurih dan asin yang bercampur dengan potongan potongan ayam yang dilumatkan.
Sate Srepeh

2. Urap Latoh

       Urap Latoh merupakan kuliner khas Kota Lasem yang menggunakan bahan dasar latoh sebagai sayurannya yang dicampur parutan kelapa yang diberi bumbu. Latoh merupakan tanaman sejenis rumput laut berwarna hijau dan bentuknya bercabang cabang. Saat dimakan, latoh akan terasa garing.
Urap Latoh

3. Dumbek

       Dumbek merupakan kue basah yang terbuat dari tepung beras, gula jawa, santan dan dibungkus menggunakan daun kelapa/janur. Makanan ini hampir sama dengan kue celorot. Dumbek memiliki tekstur yang kenyal dan rasa yang manis.
       Kue Dumbek sering dijumpai saat ada acara adat seperti sedekah bumi yang diadakan oleh sejumlah desa di Lasem.
Dumbek

4. Lontong Tuyuhan

       Lontong tuyuhan dibuat dari potongan ayam yang dipadukan dengan tempe, jerohan, dan lontonga yang dihidangkan bersama kuah santan. Makanan ini hampir serupa dengan opor ayam, yang membedakan lontong tuyahan dengan opor ayam yaitu kuahnya. Kuah lontong tuyuhan memiliki rasa yang sedikit pedas ditambah dengan campuran bawang, kemiri dan juga jinten.
Makanan ini diberi nama berdasarkan asalnya yaitu Desa Tuyuhan.
Lontong Tuyuhan
5. Limun Kawista

       Limun kawista merupakan kuliner khas Lasem yang menggunakan bahan dasar buah kawis. Minuman ini memiliki rasa yang hampir sama dengan salah satu minuman soda terkenal di dunia. Oleh sebab itulah minuman ini juga dikenal sebagai minuman soda.
Syrup dan Limun Kawista

6. Kue Satru

       Kue satru merupakan salah satu kuliner khas Kota Lasem yang hampir serupa dengan kue sagu. Namun, bedanya kue ini terbuat dari perpaduan antara sagu dan kacang hijau. Biasanya, kue ini dicetak menggunakan cetakan berbentuk bunga.
Kue Satru



Nah itulah kuliner kuliner khas Kota Lasem yang harus kamu coba bila kamu berkunjung ke Kota Lasem :D

Minggu, 16 November 2014

KESENIAN LAESAN, KESENIAN TRADISIONAL LASEM

      Laesan adalah suatu kesenian kuno rakyat Lasem. Belum bisa dipastikan laesan ada di Lasem sejak tahun berapa. Namun dari syair pembuka yang ditembangkan di awal pertunjukan laesan, nampak jelas bahwa laesan kemungkinan lahir saat jaman awal islam.

     Pembuka syair kunonya dinyanyikan ela elo... yang merujuk pada dua kalimat tauhid "La illaha ilallah" atau kepanjangannya "Laillahailallah Muhammadurrosululloh Pengeran ne gawe laes" terdengar mengalun dari mulut para penembang diiringi dengan perpaduan suara 3 buah bambu dan 2 buah jug, mengalun begitu harmonis dalam heningnya suasana, memberikan nuansa begitu mistis malam itu, mengisyaratkan dengan menyebut nama Allah & Rosul sebelum memainkan kesenian laesan.
mendoakan kurungan laesan

jug dan bambu alat musik laesan
       
        Laesan di Lasem dimainkan oleh seluruhnya para laki laki, dari penabuh alat musik, penembang, hingga lakon laesan. Inilah salah satu yang membedakan laesan dengan sintren yang merupakan kesenian rakyat Cirebon, Jawa Barat.

        Laesan berarti hampa yang diterjemahkan dalam lakon yang terlihat kosong seperti terhipnotis dan bergerak berdasarkan harmonisasi tembang yang dilantunkan. Semakin harmonis tembang mengalun, semakin lama laesan dapat bangkit dan menari namun bila penembang tidak harmonis atau fals, laesan seperti kehilangan jiwa dan berhenti menari, terkulai lemas.

         Sepanjang pertunjukan laesan, selalu disenandungkan tembang yang setiap syair syair kunonya mempunyai filosofi kehidupan, diantara syair pembuka tersebut menyebut nama Allah & Rosul, mengingatkan bahwa dalam hal apapun kita harus selalu ingat kepada Sang Pencipta.
kelompok penembang laesan

         Dalam pertunjukan laesan ini, digunakan kurungan ayam. Seorang lakon laesan yang dipilih akan dimasukkan dalam kurungan ayam yang sebelumnya sudah diasapi kemenyan. Laesan dimasukkan ke dalam kurungan ayam, ibaratnya manusia saat di kandungan sang ibu. Dengan menyanyikan sesi syair "uculno bondoiro iki sari laes, dunung Allah dunung, sopo iso nguculno kejaba Pengeran iro iki sari laes" mengisyaratkan bahwa agar dapat melepaskan semua belenggu keduniawan hanya restu Allah saja yang bisa. Laesan pun keluar dari kurungan (kandang) sebagai pertanda laesan telah lepas dari belenggu tadi. Sesi itu seperti filosofi manusia yang telah keluar dari kandungannya sang ibu. Kemudian laesan menginjak sesi syair syair permainan, "encan enci dan jaran dawuk" mengisyaratkan manusia masa kecil membutuhkan sebuah hiburan permainan kehidupan, pada sesi ini laesan akan menari diiringi tembang yang mangalun. Setiap kali laesan mengalami masa kurungan, laesan dapat meminta lagu yang akan ditembang untuk mengirinya menari, dan penembang harus dapat menembangkan permintaan laesan. Tembang tembang yang akan dinyanyikan ini ada yang berasal dari tembang para ibu untuk menenangkan buah hati hingga tembang yang berarti "nakal" dan menjadi lelucon di masyarakat. Bahkan beberapa tembang yang dinyanyikan malam ini ada beberapa yang sudah sangat jarang sekali terdengar.
laesan keluar dari kurungan

        Sesi berikutnya penembang menyanyikan syair "luruo sintren & lereng lereng" laesan pun menari & berkeliling sembari membawa bunga, pasir, & air untuk dibagikan ke orang. Mengisyaratkan bahwa hidup ini harus saling berbagi dengan sesama, di sesi ini percaya bisa meyembuhkan penyakit orang yang dipegang laesan. Sedangkan lereng lereng dipercaya bisa menghilangkan segala tuah gaib senjata, wallahualam.
menari bersama laesan

        Laesan terus berlanjut memasuki sesi syair "kembang gedang sala siji seng di gelandang gelandang pisan seng di gelandang dadi laesan" mengisyaratkan hidup harus bisa saling bergantian dengan sesama manusia, baik suka dan duka. Pada sesi laesan juga minta ditemani menari, dengan mengajak penonton untuk turut serta. Bila ada yang dipilih oleh laesan, dan secara sukarela mau bergabung menari, maka orang tersebut akan mengalami masa "hampa" dan turut menari.
menari laesan

        Sebagai penutup laesan akan memasuki sesi syair "ana tangis layung layung larane wong wedi mati, sapa bisa ngilengna, kejaba Pengeran iro." Mengisyaratkan bahwa betapa beratnya manusia melewati masa masa saat sakit menjelang kematiannya dan semua bisa terlewati dengan mudah/sulit jikalau ingat kepada Allah/Tuhan bahwa kita pasti akan kembali kepadanya.

cuplikan laesan
https://www.youtube.com/watch?v=_nH6OlNTA-o&noredirect=1

KOPI LELET, KOPI KHAS LASEM

         Kopi Lelet adalah kopi khas Lasem. Kopi lelet ini identik dengan kegiatan nglelet, yaitu membatik dengan media batang rokok dan tintanya menggunakan lethekan kopi lelet (ampas kopi lelet/kopi Lasem yang dicampur susu krimer). Ada banyak yang mengeklaim kalau kopi lelet itu khas Rembang. Tetapi jika anda datang ke Lasem, anda akan menemukan banyak warung kopi lelet. Di setiap desa di Kota Lasem anda akan menemukan warung kopi lelet lebih dari satu warung, dan ada beberapa warung kopi yang sangat terkenal di Lasem misalkan warung kopi Pak John, dll.


kopi lelet lasem
Kopi lelet Lasem
warung kopi John






         Sekilas memang tidak ada perbedaan dengan jenis kopi lain, perbedaannya terletak pada kekentalan adonan kopi, cita rasanya yang kuat, lembutnya buliran pada kopi lelet dan cara menikmatinya.
         Cara penyajian pada kopi lelet juga berbeda dengan cara penyajian minuman kopi pada umumnya. Pertama kopi dan gula dimasukkan dalam panci lalu dituangkan air panas kedalamnya. Adonan ini masih harus kembali dimasak, setelah benar benar mendidih baru kopi disajikan.
       
         Lembutnya buliran kopi pada kopi lelet lebih halus dari pada kopi produksi pabrik, karena kopi yang digunakan untuk membuat kopi lelet adalah buatan para pedagangnya sendiri yang mengalami beberapa kali proses penyaringan.

         Kebanyakan para penggemar kopi lelet adalah para perokok, karena setelah mereka menikmati kopi sampai hanya ampasnya yang tersisa, ampas kopi ini akan dioleskan pada batang rokok yang akan dihisapnya. Cara pengolesan ampas kopi pada batang rokok juga menghasilkan karya seni yang unik sesuai dengan selera dan cara pengolesan. Jika sudah agak kering ampas kopi yang menempel pada rokok, rokok pun siap di nikmati.

        Secara pasti kapan dimulainya tradisi nglelet ini belum diketahui. Namun ditinjau dari sosial budaya masyarakat Lasem, kita bisa mengetahui bahwa sejak dahulu kala masyarakat Lasem biasa membatik dan sampai sekarang pun masyarakat Lasem pun masih bisa membatik. Jelas membatik dan nglelet ini mempunyai hubungan dekat, yaitu sama sama mengekspresikan motif motif melalui suatu media dengan menggunakan tinta yang khas. Yaitu jika pada batik menggunakan media kain mori dengan canting dan malam batik serta warna warna soga, sedangkan pada ngelelet menggunakan media batang rokok dengan lethekan kopi dan krimer. Jelas jika tradisi ini berlangsung secara turun menurun dan sudah merupakan budaya khas masyarakat Lasem.


Minggu, 26 Oktober 2014

Kota Lasem

Lasem adalah sebuah kecamatan di Kabupaten RembangJawa TengahIndonesia. Merupakan kota terbesar kedua di Kabupaten Rembang setelah kota Rembang.

Lasem dikenal juga sebagai "Tiongkok kecil" karena merupakan kota awal pendaratan orang Tionghoa di tanah Jawa dan terdapat perkampungan tionghoa yang sangat banyak tersebar di kota Lasem. Di Lasem juga terdapat patung Buddha Terbaring yang berlapis emas. Selain itu Lasem juga dikenal sebagai kota santri, kota pelajar dan salah satu daerah penghasil buah jambu dan mangga selain hasil dari laut seperti garam dan terasiBatik Lasem sangat terkenal karena cirinya sebagai batik pesisir yang indah dengan pewarnaan yang berani.

.
salah satu kuil tionghoa/klenteng yang ada di Lasem.


GEOGRAFI


Kecamatan ini merupakan salah satu kecamatan di pesisir pantai laut Jawa di kabupaten Rembang, berjarak lebih kurang 12 km ke arah timur dari ibukota kabupaten Rembang, dengan batas-batas wilayah meliputi:
Kecamatan Lasem mempunyai luas wilayah mulai dari pesisir laut Jawa hingga ke selatan. Di sebelah timur terdapat gunung Lasem. Wilayahnya seluas 4.504 ha. 505 ha diperuntukkan sebagai pemukiman, 281 ha sebagai lahan tambak, 624 ha sebagai hutan milik negara. Letaknya yang dilewati oleh jalur pantura, menjadikan kota ini sebagai tempat yang strategis dalam bidang perdagangan dan jasa.

PEMERINTAHAN

Sekarang ini, Lasem hanya berbentuk Kecamatan. Kantor Kecamatan terletak di Jalan Sunan Bonang Km.01 atau Jalan Lasem-Tuban. Kecamatan Lasem terdiri atas 20 desa yang terbagi ke dalam 84 Rukun Warga (RW) dan 219 Rukun Tetangga (RT), dengan ibukota kecamatan (gedung kecamatan) terletak di desa Soditan.
Adapun desa-desa tersebut adalah:
  • Babagan
  • Binangun
  • Bonang
  • Dasun
  • Dorokandang
  • Gedongmulyo
  • Gowak
  • Jolotundo
  • Kajar
  • Karangturi
  • Karasgede
  • Ngargomulyo
  • Ngemplak
  • Selopuro
  • Sendangasri
  • Sendangcoyo
  • Soditan
  • Sriombo
  • Sumbergirang
  • Tasiksono
Empat desa diantaranya berada di lereng gunung Lasem yaitu desa Gowak, Kajar, Sengangcoyo dan Ngargomulyo sedangkan 5 desa diantaranya merupakan desa pesisir yang berbatasan langsung dengan laut Jawa. Lima desa tersebut adalah: Bonang, Dasun, Binangun, Gedongmulyo dan Tasiksono. Dan 8 desa masuk dalam kawasan kota Lasem, yaitu: Dorokandang, Karangturi, Soditan, Gedongmulyo, Ngemplak, Babagan, Jolotundo dan Sumbergirang.


DEMOGRAFI


Jumlah penduduk kecamatan Lasem sejumlah 47.868 jiwa (tahun 2005). 23.846 jiwa diantaranya berjenis kelamin laki-laki dan sisanya 24.022 perempuan. Sebagian besar penduduknya bermata pencarian sebagai petani, pedagang dan nelayan.
Dibidang pendidikan, di kecamatan Lasem terdapat:
Dibidang keagamaan, di kecamatan Lasem terdapat 31 masjid, 130 mushalla dan 11 gereja Kristen, 12 Gereja Katholik, 3 klenteng dan 3 wihara (1 wihara tak berpemeluk).
Etnis yang tersebar di Lasem adalah suku Jawasuku Tionghoa-Indonesia, keturunan Campa dan perpaduan etnis-etnis tersebut yang melahirkan etnis Lasem. Selain itu juga ada etnis lain sebagai pendatang di kota Lasem seperti orang SundaBatak, dll.

JULUKAN KOTA

Sebagai sebuah kota yang unik dan menjadi perhatian bagi para peneliti baik dalam negeri maupun luar negeri, Lasem mempunyai predikat atau julukan yang tidak sedikit.

  1. Lasem Kota Santri
Sejak dahulu kota kecamatan ini terkenal sebagai Kota Santri. Peninggalan pesantren-pesantren tua di kota ini dapat kita rekam jejaknya hingga sekarang. Banyak ulama-ulama karismatik yg wafat di kota yg terkenal dgn suhu udara yg panas ini. Sebut saja Sayid Abdurrahman Basyaiban (Mbah Sambu) yang kini namanya dijadikan jalan raya yg menghubungkan Lasem-Bojonegoro, KH. Baidhowi, KH. Khalil, KH. Maksum, KH. Masduki dll. Sebagian makam tokoh masyarakat Lasem ini dapat anda jumpai di utara Masjid Jami' Lasem. Maka tidak berlebihan jika Lasem berjuluk sebagai kota santri, mengingat banyaknya ulama, Pondok Pesantren dan jumlah santri yang belajar agama islam di kota ini. Pondok Pesantren tersebut antara lain:

Masjid Jami' Lasem

2. Lasem Kota Pelajar

Banyaknya Pondok Pesantren berimbas pada bidang pendidikan umum. Tercatat banyak Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas di kota ini. Sekolah-sekolah itu antara lain:
  • SMA Negeri Lasem 
  • MA Negeri Lasem
  • SMA Muhammadiyah
  • MA Nahdlatul Ulama
  • SMK Nahdlatul Ulama
  • SMK Muhammadiyah
  • SMK Avicena
  • SMK Cendekia
  • MAAl Hidayah
  • SMP Negeri 1 Lasem 
  • SMP Negeri 2 Lasem
  • SMP Negeri 3 Lasem
  • MTs Negeri Lasem
  • MTs Sunan Bonang
  • MTs An-Nuriyah
  • SMP Muhammadiyah
  • SMP Nahdlatul Ulama
  • SMP Katholik Hamong Putra
  • SMP Kristen Dorkas.
Sekolah-sekolah di Lasem tak kalah saing dengan sekolah-sekolah yang mendapat perhatian lebih dari pemkab seperti sekolah-sekolah di Rembang. Prestasi sekolah-sekolah di Lasem pun kerap kali mengharumkan nama 'Lasem' bahkan sampai ke jenjang Nasional bahkan Internasional. Selain itu, satu-satunya SMA Negeri di Lasem (SMA N 1 Lasem) mendapatkan predikat sebagai SMA Budaya dan SMA Pioner Nasionalisme.

3. Lasem Kota Tiongkok Kecil
Salah satu tempat berkembangnya para imigran dari Tiongkok terbesar di Pulau Jawa abad ke-14 sampai 15 adalah Lasem (Lao Sam) selain di Sampotoalang (Semarang) dan Ujung Galuh (Surabaya). Datangnya armada besar Laksamana Cheng Ho ke Jawa sebagai duta politik Kaisar China masa Dinasti Ming yang ingin membina hubungan bilateral dengan Majapahit terutama dalam bidang kebudayaan dan perdagangan negeri tersebut, mereka memperoleh legitimasi untuk melakukan aktivitas perniagaannya dan kemudian banyak yang tinggal dan menetap di daerah pesisir utara Pulau Jawa. Bahkan menurut N.J. Krom, perkampungan China d masa Kerajaan Majapahit telah ada sejak 1294-1527 M. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya bangunan-bangunan tua seperti permukiman Pecinan dengan bangunan khasTiongkoknya dan kelenteng tua yang berada tak jauh dari jalur lalulintas perdagangan di sepanjang aliran Sungai Babagan Lasem (kala itu disebut Sungai Paturen) yang pada waktu itu sebagai akses utama penghubung antara laut dan darat, juga penguasaan tempat-tempat perekonomian yang strategis oleh mereka di kemudian waktu, seperti yang dapat dilihat pada pusat-pusat pertokoan di sepanjang jalan raya kota sekarang ini.
deretan bangunan bargaya china di lasem


4. Lasem Kota Batik

Dalam beberapa literatur tentang batik juga yang terdapat di museum batik naseional, batik Lasem disebutkan sebagai salah satu varian klasik atau biasa disebut pakem dangan pola dan corak yang punya kekhasan tersendiri, yaitu paduan warna yang berani dan mencolok dengan motif-motif yang beraneka macam dan khas tetapi tetap indah serta elegan. Batik tersebut populer dengan sebutan batik tulis kendoro kendiri atau batik Pesisiran Laseman, di mana batik ini berbeda dengan batik Jogja atau Solo yang sangat baku pada pakem keraton yang motifnya eksklusif dan khusus bagi golongan ningrat saja. Batik Laseman sangat liat bercirikan egalitarian, yang mana batik ini lebih terbuka atau umum penggunaannya bagi segala kalangan atau lapisan masyarakat berikut macam etnisnya. Konon perkembangan Batik Laseman ini dipengaruhi oleh unsur-unsur seni dan budaya negeri seberang, yaitu Tiongkok dan Campa. Banyaknya orang-orang China dan Campa yang menetap di Lasem dan membaur dengan penduduk lokal lambat laun melahirkan akulturasi kebudayaan yang positif dan kaya, salah satunya adalah seni batik itu sendiri. Batik Laseman sendiri pernah mengalami kejayaan dalam produksi dan pemasarannya. Kini Batik Laseman bisa kita temukan di sudut-sudut kota Lasem bahkan di daerah sekitar Lasem.


Batik Lasem Sekarjagad 

Batik Lasem Naga 

Batik Lasem Sinografi

5. Budaya

Secara historis, budaya di Lasem merupakan perpaduan budaya dari masyarakat pribumi (Jawa), Tiongkok & Campa (dibawa oleh pasukan Laksamana Cheng Ho), Arab, dan Belanda. Wujud nyata dari perpaduan budaya ini dapat kita temui sampai detik ini pada batik Lasem motif Tiga Negeri maupun Empat Negeri.

6. Dialek

Dialek masyarakat Lasem yang dikenal adalah sebagai berikut: 

- em / - nem = mu (bahasa Indonesia).
 Contoh: Bukuem/Bukunem = Bukumu; Tanganem = Tanganmu; Nggonem/Nggonanem = Punyam; dll
 (hurup "e" di kata em dibaca seperti kata "e" di kata perahu atau selasa)
- leh = toh (bahasa Indonesia).
 Contoh: Piye leh iki? = Gimana toh ini?; Ndi leh bukune? = Mana toh bukunya?; dll
 (hurup "e" di kata leh dibaca seperti kata "e" di kata etnis atau polsek)
- ape (jw: arep) = akan (bahasa Indonesia).
 Contoh: Sampeyan ape ning ndi leh? = Kamu mau/akan kemana toh?
 (hurup "e" di kata ape dibaca seperti kata "e" di kata tempe atau cafe)
- ae (jw: wae) = saja (bahasa Indonesia).
 Contoh: Sakcingkir ae = satu cangkir saja; Bar ning ndi ae leh? = Habis kemana saja toh?
 (hurup "e" di kata ae dibaca seperti kata "e" di kata tempe atau cafe),
- ugung/gung (jw: durung) = belum (bahasa Indonesia).
 Contoh: Aku ugung mangan/Aku gung mangan = Aku belum makan.
Kosakata-kosakata: - mendarat = kerja bakti membantu meringankan beban tetangga/orang lain yang punya hajat. - gene = kenapa? - sitok = satu - kartengah = satu setengah (1,5). - jeru' = dalam (ke bawah). - pathak = kulit kepala. - klonengan = bermain gamelan. - loruk = sakit (bukan sakit parah, contohnya: dicubit/tersandung). - kiwan = kamar mandi tradisional (biasanya menggunakan genuk sebagai tempat air). - jedhing = kamar mandi. - ogak = tidak. - matun = menyiangi gulma pada tanaman di sawah/ladang. - ndaut = mengambil benih padi dan memindahkannya ke petak sawah. - peceren = got/saluran air yang airnya kotor. - medhuk = ketela yang isinya sangat lembut (setelah dikukus/direbus/dibakar). - masir = tekstur dalam buah yang agak berbutir dan terkesan ada celah udara. contoh: salake masir/semongkone masir. - trasek = terasi. - taek = tahi. - tuwek = tua. - matek = mati. - bongko = mati (kasar). - isuk = sangat pagi. - surup = petang. - panas ngether = sangat panas (cuaca). - anyep = dingin. - mblojet = lepas baju (bisa jadi disebabkan cuaca panas atau keringat terlalu banyak). - nggliyeng/nggliyur = pusing. - mbarik = tampan. - mandah = semakin. - udan wewe = hujan di siang hari dengan cuaca cerah tidak mendung, biasanya pada sore hari maupun pagi hari. dan masih banyak lagi.
Dialek ini menyebar ke daerah-daerah sekitar Lasem yang kalau ditinjau dari segi historis dulu terletak di bekas wilayah Kerajaan Lasem maupun kadipaten Lasem. Dialek semacam itu bisa dijumpai di sekitar Pengunungan Kendeng Utara dari GroboganPati(alaminya yang sebelah selatan), BloraRembangTuban dan Bojonegoro. Selain di atas, banyak pula kosakata-kosakata di dialek Lasem yang merupakan serapan dari bahasa kaum tionghoa lasem, seperti Yan O (walet), Yong Swa (dupa), Dao Ke (bos) dll. Bahkan kata "Lasem" sendiri menurut beberapa ahli berasal dari kata "Lao Sam" namun masih diragukan.

7. Seni Pertunjukan
Seni Pertunjukan yang ada dan berkembang pesat di Lasem antara lain:

8. Event


9. Seni Rupa

  • Batik Lasem yang khas dan berbeda dengan batik dari daerah lain
  • Lelet, yaitu membatik dengan media batang rokok dan tintanya menggunakan lethekan kopi lelet (ampas kopi lelet/kopi lasem yang dicampur susu krimer)
  • Kerajinan Kuningan

10. Seni Arsitektur

Arsitektur bangunan-bangunan yang khas di Kota Lasem, antara lain:

Klenteng Cu An Kiong di jalan Dasun

11. Potensi Wisata

Sebenarnya banyak sekali potensi wisata di Lasem, namun sangat sedikit yang memajukan potensi wisata tersebut. Perlu adanya donatur dan investor yang tidak sedikit demi meningkatkan potensi wisata di kota Lasem.

Potensi wisata alam

Potensi wisata batik

Lasem terkenal sebagai Kota Batik terutama Batik Tulis Laseman. Hampir di setiap desa dijumpai pengrajin batik. Namun pusat-pusat industri batik terletak di
Selain itu juga terdapat di beberapa desa di sekitar Lasem yang terkenal sebagai desa wisata Batik Laseman seperti di

Potensi wisata belanja

Potensi wisata religi

Potensi wisata sejarah

Banyak sekali situs-situs sejarah di area bekas Kerajaan LasemKadipaten Lasem, maupun pada masa kedatangan Tionghoa-CampaVOC di Lasem bahkan situs arkeologi. Hampir semua situs sejarah tersebar di kawasan kota Lasem dan sekitarnya.

12. Peninggalan Bersejarah

Prasejarah[sunting | sunting sumber]

  • Situs Kapal Kuno di Punjulharjo, terletak di bagian barat Sungai Kahiringan. Dulu daerah ini masih masuk kawasan Lasem, namun sekarang terletak di Kec.Rembang. Kapal yang ditemukan merupakan Bangaki Kapal Utuh beserta perabotan dan arca kepala, berdasarkan perhitungan secara radiokarbon diketahui bahwa kapal dari abad ke-7 M.
  • Situs Tulang-belulang Manusia Purba Austonesia di daerah Bonang-Leran
  • Situs Purbakala Plawangan dan Terjan

Pada Masa Kerajaan Lasem[sunting | sunting sumber]

Peninggalan Benda Bergerak:
  • Lingga
  • Arca Nandi (di Situs Gebang, Warugunung)
  • Arca Ganesa (di Situs Sawah Candi dukuh Sulo, Sriombo
  • Arca Anjing (di Situs Sawah Kepatihan, Ngemplak
  • Perhiasan abad 14-15 berupa emas dan binggal (di Situs Hutan Sangkrah, Kec. Bulu)
  • Keramik China abad 14 (di Ngankatan, Pancur)
  • Gerabah dan Barang pecah-belah abad ke-14 (di Caruban, Gedongmulyo)
  • Mata Uang China abad 14 (di Sukorejo dan Tegaldowo
Benda-benda tersebut kebanyakan sekarang berada dan diteliti di Dinas Kepurbakalaan Nasional Jakarta.
Peninggalan Benda tak Bergerak:
  • Goa pertapaan (di desa Kajar)
  • Prasasti Batu Tapak (di desa Kajar)
  • Sumur-sumur tua
  • Pondasi-pondasi Bangunan (terbuat dari bata merah berukuran 20cm-40cm)
  • Bekas Pelabuhan Kahiringan di daerah Caruban, Gedongmulyo dan Pelabuhan Teluk Regol di Bonang.
  • Jangkar kapal Tua abad 14 di Rumah Candu/Lawang Ombo, diduga milik Kapitan Liem.
Peninggalan Seni dan Budaya:
  • Gending karawitan Pathet Lasem dan Sampak Lasem
  • Relief-relief dan arca yang ada di reruntuhan candi
  • motif batik klasik batik Laseman
  • Seni Beladiri Pathol (sekarang berkembang pesat di daerah Kragan dan Sarang).

Pada Masa Kadipaten Lasem[sunting | sunting sumber]

Peninggalan Tak Bergerak:
Peninggalan Bergerak:
  • Kitab Suluk pada masa Sunan Bonang
  • Serat Sabda Badra Santi oleh Adipati Tejakusuma I dan Tejakusuma IV, kemudian digubah kembali oleh R. Panji Kamzah 1825 dan R. Panji Karsono 1920.
  • Alat musik Bonang/Bende lengkap dengan pemukulnya di Kompleks Petilasan Sunan Bonang
  • Seni pagelaran wayang Krucil dan wayang Potehi


REFERENSI
http://id.wikipedia.org/wiki/Lasem,_Rembang